Sunday, April 21, 2013

Menjelang Ramadhan dan Lebaran Harga Sembako Melambung Tinggi ? Sudah Menjadi Tren Tahunan

Klik link dibawah ini untuk download file :
http://adf.ly/1WDlCc
JANGAN COPY-PASTE yaaaa, DOWNLOAD aja file Ms.WOrd'nya :)


Tulisan 2, Perekonomian Indonesia #


  Nama : Indri Eka Yasami     "23212720"
Kelas : 1EB20





Menjelang Ramadhan dan Lebaran Harga Sembako Melambung Tinggi ?
Sudah Menjadi Tren Tahunan


PENDAHULUAN


Dalam tulisan saya kali ini, saya mengambil topik mengenai kenaikan harga sembako menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Topik ini sengaja saya bahas karena selain berhubungan dengan pelajaran Perekonomian Indonesia, hal ini juga selalu marak dibicarakan di Media Massa tepatnya pada saat menjelang Ramadhan dan Hari Raya tersebut. Selain itu, saya juga ingin mengetahui tanggapan masyarakat tentang kenaikan harga sembako ini. Apakah dengan adanya perbedaan tingkatan status juga akan mempengaruhi tanggapan tentang topik tersebut.

Berdasarkan yang saya baca di beberapa Media Massa, pada intinya semua merasa resah terhadap adanya kenaikan harga sembako. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan sembako harus selalu terpenuhi walaupun dengan harga yang relatif mahal. Apalagi menjelang Ramadhan dan Hari Raya semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap sembako terutamanya umat Muslim. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi para distributor dan pedangang untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya.



ISI


Menjadi Tradisi

Kenaikan harga sembako memang sudah menjadi langganan setiap bulan Ramadan dan Hari Raya. Kenapa ? Alasan pemerintah cenderung klasik, kenaikan harga disebabkan karena meningkatnya permintaan akan tingkat konsumsi masyarakat dan kurang stok kebutuhan pokok.

Loh kok bisa ? Kalau pada saat lebaran mungkinlah atau kalau yang naik harga bahan pembuat kue seperti tepung terigu, mentega, keju, masih masuk di akal. Tapi ini, mulai dari beras, buah, sampai daging kenapa ikut-ikutan naik ? Kalau di logika, hari biasa kita makan sehari tiga kali, saat puasa kan cuma dua kali. Harusnya tingkat konsumsi menurunkan. Puasa itu bukannya bikin kita irit, malah semakin boros. :)

Nah dari pertanyaan Mengapa pada saat puasa permintaan akan bahan-bahan kebutuhan pokok semakin meningkat ? Padahal setahu saya hakekat puasa juga untuk melatih kita berempati terhadap orang miskin yang setiap hari belum tentu bisa makan enak atau malah belum tentu bisa makan. Jawabannya, kita mungkin sudah berhasil mengendalikan lapar dan dahaga mulai dari Subuh sampai Maghrib, tapi gagal mengendalikan diri dari bermegah-megah di saat berbuka, padahal semua itu tidak dilahap habis.

Tanggapan Masyarakat

Pada dasarnya semua merasa resah terhadap adanya kenaikan harga sembako. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan sembako harus selalu terpenuhi walaupun dengan harga yang relatif mahal. Apalagi menjelang Ramadhan dan Hari Raya semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap sembako. Namun diantaranya juga merasa tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga tersebut, ntah karena mereka termasuk keluarga yang mampu atau - mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti ini dikarenakan hal ini sudah setiap tahun terjadi.

Berikut sedikit kutipan pernyataan dari beberapa ibu-ibu mengenai kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Hari Raya berdasarkan yang saya lihat di Media Massa :
o   Kalo pas puasa itu saya bingung dalam berbelanja, ya dikarenakan harga sembako yang naik, sementara uang belanja yang diberikan oleh suami saya hanya segitu-segitu saja, tidak bertambah.
o   Kenapa ya tiap menjelang dan saat bulan puasa harga selalu naik. Sementara gaji suami saya gak naik, kalau kayak gini ceritanya gak bisa lah nyimpen uang buat beli baju anak sama bikin kue lebaran, uangnya untuk belanja aja gak bisa nyimpen, katanya sambil tertawa.

Tanggapan Para Pedagang

Berikut tanggapan dari para pedagang yang telah saya baca dari beberapa media massa :
o   Kenaikkan ini disebabkan harga di tingkat produsen naik. "Kami hanya menyesuaikan saja. Harga distributor naik, otomatis pengecer juga ikut menaikan," kata Ny Nunung, seorang pedagang di Pasar Masomba.
o   Amrin.  Ia mengaku, kenaikan harga ini bukan permainan pasar. Namun, harga daging sudah naik di tempat pemotongan. ‘’Kalau dibilang karena banyak permintaan, tidak juga. Masih biasa-biasa saja kok,’’ akunya. ‘’Kita ikut harga di tempat pemotongan. Kalau naik di sana (rumah potong hewan, Red), pasti harga yang kita pasang ikut naik juga,’’ jelasnya.
o   Pedagang bawang, Husein mengatakan, biasanya harga bawang akan naik, jika musim panen usai, kata pedagang asal Sape, Kabupaten Bima ini.
o   “Kenaikan barang seperti ini memang hal yang wajar disetiap menjelang bulan puasa tapi kami para pedagang sangat berharap kepada pemerintah agar dapat mengontrol kenaikan harga-harga barang ini, kasian masyarakat kecil, ditengah keadaan sulit begini justru harga-harga bahan pokok terus naik,” ujar salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.


Dari beberapa tanggapan diatas, dapat disimpulkan bahwa para pedagang pun juga tidak mau disalahkan. Banyak persepsi yang mereka katakan sebagai pembelaan. Ya, menurut saya pun tanggapan mereka yang mengatakan bahwa “mereka mengikuti harga dari distributor” itu sah-sah saja, bagaimana pun mereka juga ingin mendapatkan keuntungan dari kerja mereka dengan menyeimbangkan harga distributor. Namun para tengkulak juga jangan menetapkan harga seenaknya sendiri.


Klik link dibawah ini untuk download file : 
http://adf.ly/1WDlCc
JANGAN COPY-PASTE yaaaa, DOWNLOAD aja file Ms.WOrd'nya :)


Hukum Ekonomi

Sebenarnya bukan cuma menjelang Ramadhan dan Lebaran. Setiap memasuki Imlek atau Natal, harga-harga barang juga naik. Jadi, bukan hanya Lebarannya saja. Yang menjadi pertanyaan, mengapa harga sembako naik menjelang hari-hari besar ? Bukankah Lebaran itu selalu dirayakan setiap tahun? Tapi mengapa masih tetap naik harga barangnya ? Kenapa kejadian kenaikan harga barang ini selalu terulang lagi ? Apa berarti selama ini tidak ada penanganannya ?

Dari pertanyaan-pertanyaan diatas, mungkin beberapa orang mengambil pepatah, “Sebodoh-bodohnya keledai, tak jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Nah, dengan prinsip ini, sebenarnya masalah kenaikan harga barang tidak perlu terjadi berkali-kali. Cukuplah satu atau dua kali. Ataukah kita lebih bodoh dari keledai?

Apa yang terjadi sudah sesuai dengan Hukum Ekonomi. Dalam Hukum Ekonomi (pasar), di mana persediaan barang sedikit dan permintaan akan barang itu banyak, maka dengan sendirinya harga barang itu akan naik. Naiknya harga ini bisa dipahami agar barang tidak hilang dari pasar. Karena itu, hukum ekonomi (pasar) ini bisa diterapkan dalam fenomena harga naik menjelang lebaran. Bisa dikatakan bahwa menjelang lebaran persediaan barang yang dibutuhkan sangat sedikit atau terbatas, sementara para pamakainya banyak (atau pemakainya tetap tapi barang yang akan dipakainya banyak). Hal ini membuat harga-harga barangnya menjadi naik.

Sebagai contoh, telur. Pada hari biasa persediaan telur 1.000, sementara yang membutuhkannya hanya 10 orang, di mana tiap orang cuma butuh 1 atau 2 butir telur. Di sini telur akan dijual murah agar cepat habis. Tapi pada saat Lebaran, di mana persediaan telur tetap 1.000, sementara yang butuh lebih dari 500, di mana tiap orang butuh 1 atau 2 butir, maka para distributor dengan sendirinya akan menaikkan harga telur itu. Atau juga yang butuh tetap 10 orang, tapi tiap orang membutuhkan 100 butir telur, tentulah mereka juga akan menaikan harga telur. Sedangkan para pedagang (pengecer) hanya mengikuti harga dari distributor. Inilah Hukum Ekonomi.

Haruskah Mengalah pada Hukum ?

Mungkin inilah yang menjadi pergumulan masyarakat. Mengapa harus naik setiap menjelang Lebaran ? Memang kenaikan itu merupakan suatu keharusan, sebagaimana yang telah diuraikan dalam Hukum Ekonomi. Yang menjadi persoalan adalah apakah keharusan itu sebagai sesuatu yang mutlak-absolut ?

Manusia berhadapan dengan berbagai macam hukum. Kita dapat membagi hukum ini dalam dua bagian besar, yaitu hukum natural dan hukum positif. Hukum Natural adalah buatan alam, sedangkan hukum Positif adalah buatan manusia atau hasil pemikiran manusia.

Ketika manusia berada di atap gedung, dan ketika tidak ada pijakan kakinya, maka ia akan terjatuh ke bawah. Burung bisa terbang, manusia tidak bisa terbang seperti burung. Ini hukum natural. Alam sudah menentukannya demikian. Manusia tidak bisa mengubahnya. Manusia hanya bisa menerimanya.

Berbeda dengan hukum positif. Karena dia merupakan buatan manusia, tentulah rumusan hukumnya bisa diubah demi kepentingan manusia. Yang termasuk hukum positif adalah hukum pidana/perdata, norma-norma dan termasuk juga hukum ekonomi. Jadi, bisa dikatakan bahwa hukum ekonomi itu bisa diubah. Karena itu, setiap menjelang lebaran harga barang BISA DIBUAT AGAR TIDAK NAIK. Dengan kata lain, kita bisa mengubah hukum ekonomi itu sehingga tidak ada kenaikan harga saat lebaran. Mungkinkah ?

Tentu saja mungkin. Bukankah hukum ekonomi itu merupakan hukum positif yang dapat diubah demi kepentingan umat manusia ? Manusia tidak boleh kalah dengan hukum yang dibuatnya sendiri. Seperti kata, “Hukum itu untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.”

Kita sudah mengetahui bahwa unsur-unsur yang menyebabkan harga naik tadi, yaitu persediaan barang yang terbatas, peminat yang banyak atau kebutuhan akan barang yang banyak. Peminat atau pemakai sebenarnya tidak terlalu banyak. Tentulah orang-orang itu saja yang membutuhkannya. Tak mungkin setiap lebaran jumlah penduduk kita bertambah banyak. Yang meningkat adalah kebutuhan akan barang. Orang membutuhkan barang dalam jumlah yang tidak biasanya. Jadi, bisa dikatakan bahwa penyebab kenaikan harga barang ini ada dua, yaitu persediaan barang dan kebutuhan.

Untuk mengendalikan harga pasar agar tidak terjadi kenaikan harga barang, tentulah dengan cara mengendalikan kedua unsur tadi. Pertama, persediaan barang harus ditingkatkan jumlahnya. Kejadian lebaran ini sebenarnya bukan hanya sekali dua kali saja terjadi, melainkan berkali-kali. Setiap tahun pasti orang mengalami lebaran. Karena itu, seharusnya sudah bisa diprediksikan berapa kebutuhan akan barang tertentu. Misalnya, kalau setiap lebaran kebutuhan akan telur sekitar 3000, maka menjelang lebaran harus sudah disediakan 3000-4000 butir telur.

Kedua, soal kebutuhan akan barang. Karena kebutuhan ini melekat pada manusia, maka yang perlu dikendalikan adalah manusianya. Apa yang harus dikendalikan dari manusianya? NAFSU! Nafsu manusialah yang harus dikendalikan, karena nafsu itulah yang mendorong manusia untuk membeli barang dalam jumlah yang sangat banyak. Jika seandainya nafsu itu dapat dikendalikan atau dimatikan, tentu manusia tidak akan membeli dalam jumlah yang banyak. Konsekuensinya, harga tidak akan naik. Persoalannya, dapatkah manusia mengendalikan nafsunya itu ?

Seharusnya dapat. Bukankah masa Lebaran adalah masa puasa. Puasa merupakan ibadah. Bulan puasa ini umat manusia diminta untuk mengendalikan hawa nafsunya. Dan salah satu hawa nafsu itu adalah nafsu membeli barang dalam jumlah yang banyak. Konsekuensi logisnya adalah di masa lebaran ini - manusia mengendalikan hawa nafsunya, termasuk membeli barang dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga dengan demikian harga barang tidak akan naik. Namun menurut saya, semua pendapat atau pernyataan diatas untuk menjalankannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Yang Bertanggung Jawab

Pertanyaan kita sekarang adalah, siapa yang bertanggung jawab akan semuanya ini?

Untuk pengendalian unsur yang pertama, yaitu persediaan barang, tentulah yang bertanggung jawab adalah pemerintah, para produsen dan para pedagang. Pemerintah bertanggung jawab untuk mengatur ketersediaan barang di pasar. Dengan wewenang yang dimilikinya, pemerintah dapat menghimbau para produsen untuk memproduksi barang dalam jumlah yang banyak jauh sebelum menjelang Ramadhan dan Lebaran. Dan para produsen harus menyediakan hal itu. Jika produsen memproduksi barang dalam jumlah yang banyak di saat mendekati lebaran, tentulah para pedagang tidak ada niat untuk melakukan penimbunan.

Sedangkan untuk unsur kedua tentulah para konsumen itu sendiri. Masing-masing orang hendaknya mengendalikan hawa nafsunya untuk membeli barang dalam jumlah sangat banyak. Sebenarnya saat puasa (lebaran) adalah momen yang sangat tepat. Inti dari puasa adalah pengendalian hawa nafsu, bukan keserakahan yang terlihat dari naiknya porsi makanan. Orang selalu heran, kenapa di saat lebaran (bulan puasa) orang justru makan lebih banyak daripada biasanya. Bukankah puasa itu mengajak orang untuk menahan diri? Bukankah pada saat puasa (lebaran) orang hanya makan dua kali sehari ?

Dengan adanya pengendalian dua unsur ini, tentulah kejadian naiknya harga barang menjelang lebaran tidak akan terjadi lagi. Lebaran atau bukan kebutuhan orang akan barang tetaplah sama saja. Malah seharusnya di saat lebaran kebutuhan akan barang mesti turun, karena orang makan cuma 2 kali sehari (pagi dan malam). Semua ini bisa terjadi jika ada kemauan politik dari unsur-unsur yang berkaitan dengan kenaikan harga tadi.

Harapan atas Kenaikan Harga Sembako

Harapan mengenai kenaikan harga sembako yaitu masyarakat harus lebih bersabar dalam mengatasi kenaikan harga tersebut, serta perlu pintar-pintar dalam memilih dan menawar barang sembako yang akan dibeli. Dan untuk para pedagang (tengkulak) agar tidak menaikkan harga semaunya dan jangan menimbun barang. Karena hal tersebut dapat merugikan para konsumen.

Dilihat juga dari perekonomian Indonesia yang dinamis, perlu ikut sertanya pemerintah dalam mengawasi distribusi bahan-bahan sembako agar tidak terhenti. Seperti misalnya pada H-7 menjelang Idul Fitri truk-truk pembawa bahan sembako mengalami kemacetan. Dalam situasi ini pemerintah harus memikirkan solusinya agar tidak terulang setiap tahunnya. Serta agar dilakukannya opersai pasar secara berkala oleh pemerintah. Sehingga para tengkulak tidak menaikkan harga sembako seenaknya sendiri.

  

PENUTUP


Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai tulisan ini. Pastinya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Dan semoga tulisan ini berguna terutamanya bagi saya sendiri sebagai penulis dan sebagai calon ibu-ibu, agar pintar-pintar dalam memilih dan menawar harga sembako saat menjelang Ramadhan dan Hari Raya. Karena perlu kesadaran diri untuk dapat menahan nafsu berbelanja sebanyak-banyaknya namun akhirnya menjadi mubazir. Lebih baik membeli sesuai dengan kebutuhan, untuk menghindari lonjakan harga lagi. Sembako dapat diibaratkan dengan emas “Seandainya emas itu sebanyak batu yang mudah didapat di kali, maka emas tidak berharga atau murah sekali.” Begitu juga dengan sembako, persediaan barangnya tidak selalu sebanyak yang kita butuhkan.


DAFTAR PUSTAKA


Klik link dibawah ini untuk download file :
http://adf.ly/1WDlCc
JANGAN COPY-PASTE yaaaa, DOWNLOAD aja file Ms.WOrd'nya :)

Wednesday, April 17, 2013

Jeans Bekas Jangan di Buang Kreatif Berekonomi


Klik link dibawah ini untuk download file :
http://adf.ly/1WDogO
JANGAN COPY-PASTE yaaaa, DOWNLOAD aja file Ms.WOrd'nya :)


Tulisan 1, Perekonomian Indonesia #


  Nama : Indri Eka Yasami     "23212720"
Kelas : 1EB20



Jeans Bekas Jangan di Buang
Kreatif Berekonomi



PENDAHULUAN



Seiring dengan perkembangan jaman, meskipun semakin banyak tersedia lapangan pekerjaan, namun peluang mendapatkan pekerjaan yang layak pun sangatlah kecil. Faktor utama yang menyebabkan sulitnya mendapatkan pekerjaan adalah masalah pendidikan. Meski pun telah menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas, tetapi tetap saja tersingkirkan oleh yang bergelar Sarjana. Apa lagi sekarang rata-rata perusahaan menerima karyawan minimal Strata 1, maka tak heran jika segala usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, tulisan ini pun bertujuan agar kita pintar dalam memanfaatkan peluang yang ada. Asal punya kemauan, apa saja bisa dijadikan usaha (maksudnya yang halal J ). Dari yang berpendidikan tinggi sampai kalangan biasa pun bisa, asalkan mau mengembangkan kekreatifan yang dimiliki.  Bahan-bahan bekas pun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang, contohnya saja seperti plastik, koran bekas, bungkus makanan atau minuman, jeans bekas dan masih banyak lagi. Tapi perlu diketahui, bahwa tulisan ini hanya akan membahas tentang jeans bekas saja.



ISI



Punya jeans sobek atau jeans lamanya yang sudah kesempitan ? Dari pada disimpan terus di lemari sambil terus berharap, kapan ya nih celana atau baju jeans muat lagi ? Sudahlah, sekarang mari bersama-sama relakan celana atau baju jeans usang yang sudah tidak muat itu untuk dijadikan barang baru yang lebih bermanfaat. Celana jeans yang sudah bekas bisa kita daur ulang menjadi sebuah tas dan menjadi tren tersendiri dengan ide dan pemikiran yang kreatif. Celana jeans bekas bisa kita sulap menjadi tas bagus yang bermanfaat.

Bahan jeans pada jaman sekarang ini bukan hanya berupa pakain saja, tetapi sudah dibuat berbagai macam aksesoris pelengkap fashion seperti tas, dompet , sepatu maupun pernak pernik seperti kalung dan gelang. Berbagai merk fashion jeans seperti Gap, Levis sampai merk ternama lainnya mulai menyadari banyaknya peminat jeans aksesoris ini di dunia fashion.  Untuk di Indonesia sendiri jika kita pergi ke Bandung terutama, cukup banyak toko atau outlet fashion yang menjual aksesoris yang terbuat dari bahan jeans tersebut.

Kita dapat mendaur ulang jeans kita yang sudah tidak terpakai tetapi masih dalam kondisi yang bagus untuk dibuatkan aksesoris yang dapat kita pakai sehari-hari seperti tas maupun gantungan kunci. Anda juga dapat menambahkan pernak pernik seperti manik manik maupun bebatuan sampai dengan renda dalam pembuatan aksesorisnya.

Nah salah satu contoh tas dari jeans bekas bisa kita lihat dibawah ini. Aksesoris tas jeans ini sangat mudah untuk dipadu padankan dan sangat cocok untuk tema santai dan sangat diminati juga oleh para wanita pada umumnya.



Untuk perawatan bahan jeans pun juga tidak sulit, dapat di rendam dengan campuran air hangat dan sedikit detergen selama beberapa menit sambil di sikat bagian-bagian yang terdapat noda lalu kemudian dibilas dan di keringkan. Aksesoris jeans ini dapat dipadukan dengan berbagai macam warna dan tipe pakaian anda, mulai dari pakaian santai, warna gelap maupun terang.

Jeans bekas ini juga dapat menjadi peluang untuk membuka usaha rumahan, bagaimana tidak jika kita mau menekuni usaha yang lumayan menjanjikan dan keuntungannya pun yang tidak sedikit. Asal ada usaha dan kemauan, pasti ada jalan. Sekarang tergantung kita, mau maju atau mau jalan di tempat menyodorkan berkas lamaran kerja kesana-kesini. Kalau kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, untuk apa menunggu yang tidak pasti.

Disini saya ambil contoh dari Empat mahasiswa dari Universitas Kuningan yang berhasil menciptakan bisnis tas dari bahan jeans. Berawal dari iseng, hingga mereka dapat membuktikan dengan keberhasilan dari hasil ketekunan dan kekreatifan mereka. Penjualannya memang masih di daerah kuningan, tapi mereka juga menjual via online. Setiap tas yang dijual berkisar dari Rp.35.000,- sampai Rp.100.000 tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya.

Contoh lain misalnya Direktur Kreatif Levi Strauss and Dockers Europe yang bernama Gary Harvey, memiliki kecintaan terhadap fashion daur ulang. Dia telah menciptakan berbagai macam desain yang indah sekaligus menunjukkan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Misalnya dia telah  menciptakan sebuah desain gaun korset duyung yang indah dengan menggunakan 28 jaket kamuflase tentara dan gaun yang menggunakan 42 pasang Levi’s 501 seperti gambar yang bisa kita lihat disamping.

Kreatif bukan ? Beberapa diantara kita sudah membuktikan, kapan giliran kita ? Jangan takut untuk memulai perubahan, jatuh bangun dalam usaha itu sudah biasa, tergantung kita mau bangkit lagi atau tidak.









PENUTUP



Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai tulisan ini. Pastinya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul tulisan saya. Dan semoga tulisan ini berguna terutamanya bagi saya sendiri sebagai penulis, agar saya lebih termotivasi untuk menciptakan peluang usaha dan mampu mempekerjakan banyak pegawai tanpa melihat dari tinggi rendah sisi pendidikannya, yang tentunya berbekal kreatifitas dan kesungguhannya untuk bekerja.



DAFTAR PUSTAKA



·         http://lingkungan.net/revolusi-fashion-daur-ulang/


Klik link dibawah ini untuk download file :
http://adf.ly/1WDogO
JANGAN COPY-PASTE yaaaa, DOWNLOAD aja file Ms.WOrd'nya :)